Sunday, January 6, 2013

Refleksi Kuliah Filsafat 26 November 2012


By Anniltal Manzilah

Filsafat adalah suatu bentuk interaksi. Jadi, berfilsafat artinya terjadi interaksi atau transformasi antara yang makro dan yang mikro. Apa yang disebut makro di sini adalah hal secara keseluruhan atau universal, sedangkan mikronya adalah diri kita sendiri.
Dalam filsafat, ada yang disebut dengan mitos. Orang-orang Yunani pada jaman dahulu selalu berusaha membongkar mitos, seperti yang dilakukan oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. Lalu, apakah sebenarnya mitos itu?
Mitos adalah apa yang kita lakukan , namun kita tidak mengetahui maknanya. Artinya, kita melakukan suatu hal, namun tidak mengetahui makna dari yang kita lakukan. Kita hanya mengikuti dan meniru tanpa mengetahui maknanya. Ibadah pun, dapat menjadi sebuah mits, manakala kita beribadah namun tidak mengetahui makna dari ibadah yang kita lakukan.
Kadangkala, mitos berkembang cepat dan menjadi sangat kuat di masyarakat. Seperti keberadaan ratu pantai selatan contohnya. Sampai saat ini masih belum jelas apakah keberadaan ratu pantai selatan itu benar ada ataukah hanya sebuah mitos. Orang percaya bahwa saat kita pergi ke pantai selatan, kita tidak boleh memakai baju dengan warna hijau, karena itu adalah warna yang disukai sang ratu pantai selatan. Andaikata itu adalah sebuah mitos, maka jelaslah bahwa itu adalah mitos yang sudah sangat kuat, karena masyarakat sampai terpengaruh dan menjalankan aturan tidak boleh memakai baju hijau.
Ada pula yang menganggap bahwa hantu juga merupakan sebuah mitos yang dimunculkan agar anak-anak tidak berkeliaran pada malam hari dan untuk mengajarkan sikap sopan santun pada anak ketika berada di makam. Namun, berdasarkan pengalaman magis Prof. Dr. Marsigit, M.A, beliau telah bertemu dengan makhluk gaib dan membuktikan bahwa mereka benar-benar ada, bukan hanya sebuah mitos.
Berdasarkan pengalaman Prof. Dr. Marsigit tentang pertemuannya dengan makhluk-makhluk gaib, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan makhluk gaib itu benar adanya, bukan hanya sebuah mitos.
Mitos juga merupakan sebuah metode yang digunakan untuk membelajarkan anak-anak. Anak usia dini, bahkan sampai remaja, masih belajar menggunakan mitos. untuk aak usia dini, metode mitos digunakan karena memang pikiran mereka belum sampai pada tahap memahami definisi, sehingga mereka hanya belajar dengan meniru dan menjalankan perintah, tanpa tahu maknanya. Sedangkan pada remaja, metode mitos bisa jadi digunakan karena guru yang mengajar tidak menguasai materi dan konsep yang diajarkan, sehingga siswa hanya diminta untuk mendengarkan apa yang diucapkan dan menyalin apa yang dituliskan guru di papan tulis, tanpa banyak bertanya. Hal ini sebenarnya menyalahi aturan, karena cara ini dapat mematikan kreativitas dan kemampuan berpikir siswa.
Mitos sangat erat kaitannya dengan intuisi. Bukan hanya mitos, namun logos pun berkaitan juga dengan intuisi. Hampir 90% hidup kita, kita melakukannya dengan intuisi, dan hanya sekitar 10% yang benar-benar kita lakukan dengan berpikir. Kita tidak pernah tau ukuran atau standar internasional untuk sifat besar dan kecil. Kapan kita mengatakan suatu benda itu besar atau kecil, semua adalah dari intuisi, tidak berdasarkan definisi karena tidak ada standar baku untuk suatu benda agar dapat dikategorikan besar.
Intuisi juga digunakan anak untuk belajar matematika. Intuisi adalah interaksi. Manusia yang mengisolasi dirinya dari pergaulan adalah manusia yang tidak punya intuisi. Jadi, intuiai adalah hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh setiap manusia, untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya. Intuisi dapat dipertajam dengan pembiasaan diri berinteraksi dengan lingkungan dan bersikap sopan santun terhadap ruang dan waktu.

No comments:

Post a Comment