By Anniltal Manzilah
1.
Pertanyaan:
Apa hakekat angin?
Jawaban:
Obyek filsafat
berdimensi, begitu pula cara mengetahuinya. Dimensi yang paling dasar atau
paling primitive adalah intuisi. Sejak kapan kita mulai mengenal angin? Jika
kita tidak dapat menjawab pertanyaan ini, artinya kita termasuk kaum
intuisionisme dalam hal angin, karena kita mengenal angin dengan intuisi.
Hal-hal yang menyangkut kata sifat biasanya juga bersifat intuitif, seperti
cantik, enak, banyak, sedikit, dan lain sebagainya. Pergaulan manusia adalah
salah satu cara untuk mendapatkan pemahaman intuitif. Immanuel Kant membuat 12
kategori dari pemahaman intuitif ini, seperti kuantitatif, kualitatif, dan
seterusnya. Berdimensi secara filsafat artinya memiliki empat bentuk, yaitu
formal, normal, material, dan spiritual. Angin memiliki bentuk formal angin
rebut, badai, dan sebagainya. Bentuk normatif dari angin ialah definisi angin
itu sendiri. Bentuk material dari angin adalah udara yang bergerak. Namun, kita
tidak perlu mendefinisikan angin ke dalam empat bentuk dimensi filsafat ini,
karena kita dapat mengetahui angin secara intuitif, jadi tidak perlu mencari
definisi tentang angin.
2.
Pertanyaan:
Apa hakekat perceraian?
Jawaban:
Perceraian
sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Perceraian, berbeda dengan
angin, karena perceraian memiliki bentuk formal yang sering kita dengar dalam
perkataan sehari-hari. Bentuk spiritual dari perceraian sendiri banyak sekali
disebut dalam Al-Qur’an, bahwa perceraian adalah hal yang dibenci oleh Tuhan.
Bentuk materialnya adalah perpisahan dua orang yang sudah menikah, dan bentuk
normalnya diatur secara resmi dalam Undang-Undang tentang Perkawinan.
3.
Pertanyaan:
Jika seseorang telah menikah, kemudian suami/istri dan
orang tua sama-sama membutuhkan bantuan, maka yang mana yang harus kita
dahulukan?
Jawaban:
Yang harus didahulukan bukan orang tua atau pasangan
kita, namun kita harus mengutamakan komunikasi terlebih dahulu. Jadi, sebelum
kita menentukan akan membantu yang mana, sebaiknya kita komunikasikan terlebih
dahulu pada kedua belah pihak.
4.
Pertanyaan:
Apakah hakekat kepercayaan dan keyakinan dalam
tinjauan masalah agama?
Jawaban:
Dalam pemaknaan kata, ada term yang berkembang sesuai
dengan konteks kejadian yang sedang berlaku. Contoh nyatanya adalah pergeseran
makna kata, ada yang memburuk, ada yang membaik maknanya. Dulu, kata
kepercayaan dan keyakinan memiliki makna masing-masing. Namun seiring waktu,
kata kepercayaan mengalami perbaikan makna yang akhirnya hampir setara dengan
kata keyakinan. Kata lain yang mengalami pergeseran makna contohnya adalah
bekas. Kata bekas mengalami reduksi, atau penyempitan makna. Sebelumnya, tidak ada
batasan penggunaan kata bekas, namun sekarang, kata bekas hanya digunakan untuk
obyek yang berupa benda mati. Sedangkan untuk manusia, kata bekas digantikan
dengan mantan.
5.
Pertanyaan:
Bagaimana menyikapi sebuah kekalahan agar tidak
semakin terpuruk?
Jawaban:
Peristiwa penembakan yang terjadi di Connecticut,
Amerika Serikat menyebabkan duka bagi keluarga korban. Dalam hal ini, motivasi
dari tetangga atau orang-orang yag sederajat, hampir tidak lagi didengarkan,
kecuali jika motivasi tersebut dating dari orang yang derajatnya lebih tinggi,
seperti presiden atau pejabat negara. Untuk menyikapi kekalahan ini, cara yang
dapat kita lakukan adalah berikhtiar dan berdoa.
6.
Pertanyaan:
Bagaimana cara menumbuhkan semangat ketika gagal?
Jawaban:
Setiap hal, baik yang ada maupun yang mungkin ada,
dapat kita jadikan sebagai motivasi untuk bangkit dari kegagalan. Contohnya
jika kita melihat orang-orang yang memiliki penyakit mematikan, maka kita dapat
menjadikannya sebagai motivasi agar kita lebih bersyukur dengan keadaan kita
dan apa yang Tuhan berikan pada kita. Selanjutnya yang bisa kita lakukan selain
mencari motivasi adalah menentukan tujuan. Saat kita gagal, maka yang harus
kita lakukan adalah mencari peluang lain, mencari kesempatan-kesempatan lain
yang dapat kita manfaatkan. Langkah selanjutnya untuk menumbuhkan semangat
adalah komunikasi. Berkomunikasi dengan orang yang tepat dan dapat dipercaya
dapat membantu kita menghadapi kegagalan.
7.
Pertanyaan:
Mengapa selalu ada pro dan kontra?
Jawaban:
Pro dan kontra adalah kodrat. Tuhan menciptakan siang
dan malam, langit dan bumi, hidup dan mati, gelap dan terang, laki-laki dan
perempuan, semua berpasangan. Pro juga berpasangan dengan kontra. Jadi, adanya
pro dan kontra itulah yang disebut dengan hidup. Pro dan kontra yang terjadi di
dalam pikiran adalah ilmu, namun jika pro dan kontra terjadi dalam hati, maka
itu adalah godaan setan.
8.
Pertanyaan:
Apa hakekat perubahan?
Jawaban:
Perubahan dalam ilmu bidang contohnya adalah perubahan
bentuk, perubahan warna, dan lain-lain. Kata berubah pun bisa merupakan
pengertian intuitif. Kita tidak perlu mendefinisikan kata mengubah secara
etimologis menurut berbagai pakar bahasa saat berhadapan dengan anak kecil,
karena mereka sudah mampu memaknai kata berubah secara intuitif.
9.
Pertanyaan:
Jika ada dua orang, tua dan muda, yang tua menjadi
dewa bagi yang muda dalam hal pengalaman, namun yang muda juga dapat menjadi
dewa bagi yang tua terkait dengan pendidikan. Manakah sebenarnya yang menempati
posisi dewa? Adakah syarat agar sesuatu dapat disebut sebagai dewa?
Jawaban:
Kata dewa juga terikat oleh ruang dan waktu. Setiap
hal yang ada da yang mungkin ada dapat menempati posisi dewa, sesuai dengan
konteks ruag dan waktunya. Yang tua dapat menjadi dewa bagi yang muda, begitu
juga sebaliknya. Semua tergantung dari sudut pandang kita, dari konteks apa
kita memandang. Yang muda dapat menjadi dewa bagi yang tua dalam banyak hal,
namun ada satu hal yang tidak dapat diungguli oleh yang muda, yaitu usia. Usia
adalah hal yang tidak mungkin kita kejar. Jadi, dalam hal usia, yang tualah
yang selalu menjadi dewa.
10.
Pertanyaan:
Mengapa banyak gejala alam di muka bumi yang semakin
kompleks?
Jawaban:
Kompleksitas gejala alam dapat dilihat oleh orang yang
memahaminya. Jadi, bagi orang yang tidak memahami, kompleksitas ini bukanlah
kompleksitas. Bagi orang tua yang sudah pikun, gejala alam adalah hal yang
sederhana, karena banyaknya memori yang telah mereka lupakan. Kompleksitas
gejala alam bergantung pada subyek yang melihatnya.
11.
Pertanyaan:
Apakah segala yang ada yang yang mungkin ada di dunia
ini dapat didefinisikan sebagai ciptaan Tuhan?
Jawaban:
Segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada hanyalah
sebagian kecil dari ciptaan Tuhan. Sedangkan Tuhan sendiri adalah ada. Segala
sesuatu yang mungkin ada, di dalam persepsi manusia , tidak ada apa-apanya di
hadapan Tuhan. Jadi, apa yang ada dan yang mungkin ada bagi kita, sesungguhnya
hanya setitik saja dari seluruh ciptaan Tuhan yang tak terhitung banyaknya.
No comments:
Post a Comment