Sunday, January 6, 2013

Refleksi Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Matematika (17 Desember 2012)


By Anniltal Manzilah

1.    Pertanyaan:
Apa hakekat angin?
Jawaban:
Obyek filsafat berdimensi, begitu pula cara mengetahuinya. Dimensi yang paling dasar atau paling primitive adalah intuisi. Sejak kapan kita mulai mengenal angin? Jika kita tidak dapat menjawab pertanyaan ini, artinya kita termasuk kaum intuisionisme dalam hal angin, karena kita mengenal angin dengan intuisi. Hal-hal yang menyangkut kata sifat biasanya juga bersifat intuitif, seperti cantik, enak, banyak, sedikit, dan lain sebagainya. Pergaulan manusia adalah salah satu cara untuk mendapatkan pemahaman intuitif. Immanuel Kant membuat 12 kategori dari pemahaman intuitif ini, seperti kuantitatif, kualitatif, dan seterusnya. Berdimensi secara filsafat artinya memiliki empat bentuk, yaitu formal, normal, material, dan spiritual. Angin memiliki bentuk formal angin rebut, badai, dan sebagainya. Bentuk normatif dari angin ialah definisi angin itu sendiri. Bentuk material dari angin adalah udara yang bergerak. Namun, kita tidak perlu mendefinisikan angin ke dalam empat bentuk dimensi filsafat ini, karena kita dapat mengetahui angin secara intuitif, jadi tidak perlu mencari definisi tentang angin.

2.    Pertanyaan:
Apa hakekat perceraian?
Jawaban:
Perceraian sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Perceraian, berbeda dengan angin, karena perceraian memiliki bentuk formal yang sering kita dengar dalam perkataan sehari-hari. Bentuk spiritual dari perceraian sendiri banyak sekali disebut dalam Al-Qur’an, bahwa perceraian adalah hal yang dibenci oleh Tuhan. Bentuk materialnya adalah perpisahan dua orang yang sudah menikah, dan bentuk normalnya diatur secara resmi dalam Undang-Undang tentang Perkawinan.

3.    Pertanyaan:
Jika seseorang telah menikah, kemudian suami/istri dan orang tua sama-sama membutuhkan bantuan, maka yang mana yang harus kita dahulukan?
Jawaban:
Yang harus didahulukan bukan orang tua atau pasangan kita, namun kita harus mengutamakan komunikasi terlebih dahulu. Jadi, sebelum kita menentukan akan membantu yang mana, sebaiknya kita komunikasikan terlebih dahulu pada kedua belah pihak.
4.    Pertanyaan:
Apakah hakekat kepercayaan dan keyakinan dalam tinjauan masalah agama?
Jawaban:
Dalam pemaknaan kata, ada term yang berkembang sesuai dengan konteks kejadian yang sedang berlaku. Contoh nyatanya adalah pergeseran makna kata, ada yang memburuk, ada yang membaik maknanya. Dulu, kata kepercayaan dan keyakinan memiliki makna masing-masing. Namun seiring waktu, kata kepercayaan mengalami perbaikan makna yang akhirnya hampir setara dengan kata keyakinan. Kata lain yang mengalami pergeseran makna contohnya adalah bekas. Kata bekas mengalami reduksi, atau penyempitan makna. Sebelumnya, tidak ada batasan penggunaan kata bekas, namun sekarang, kata bekas hanya digunakan untuk obyek yang berupa benda mati. Sedangkan untuk manusia, kata bekas digantikan dengan mantan.
5.    Pertanyaan:
Bagaimana menyikapi sebuah kekalahan agar tidak semakin terpuruk?
Jawaban:
Peristiwa penembakan yang terjadi di Connecticut, Amerika Serikat menyebabkan duka bagi keluarga korban. Dalam hal ini, motivasi dari tetangga atau orang-orang yag sederajat, hampir tidak lagi didengarkan, kecuali jika motivasi tersebut dating dari orang yang derajatnya lebih tinggi, seperti presiden atau pejabat negara. Untuk menyikapi kekalahan ini, cara yang dapat kita lakukan adalah berikhtiar dan berdoa.
6.    Pertanyaan:
Bagaimana cara menumbuhkan semangat ketika gagal?
Jawaban:
Setiap hal, baik yang ada maupun yang mungkin ada, dapat kita jadikan sebagai motivasi untuk bangkit dari kegagalan. Contohnya jika kita melihat orang-orang yang memiliki penyakit mematikan, maka kita dapat menjadikannya sebagai motivasi agar kita lebih bersyukur dengan keadaan kita dan apa yang Tuhan berikan pada kita. Selanjutnya yang bisa kita lakukan selain mencari motivasi adalah menentukan tujuan. Saat kita gagal, maka yang harus kita lakukan adalah mencari peluang lain, mencari kesempatan-kesempatan lain yang dapat kita manfaatkan. Langkah selanjutnya untuk menumbuhkan semangat adalah komunikasi. Berkomunikasi dengan orang yang tepat dan dapat dipercaya dapat membantu kita menghadapi kegagalan.
7.    Pertanyaan:
Mengapa selalu ada pro dan kontra?
Jawaban:
Pro dan kontra adalah kodrat. Tuhan menciptakan siang dan malam, langit dan bumi, hidup dan mati, gelap dan terang, laki-laki dan perempuan, semua berpasangan. Pro juga berpasangan dengan kontra. Jadi, adanya pro dan kontra itulah yang disebut dengan hidup. Pro dan kontra yang terjadi di dalam pikiran adalah ilmu, namun jika pro dan kontra terjadi dalam hati, maka itu adalah godaan setan.
8.    Pertanyaan:
Apa hakekat perubahan?
Jawaban:
Perubahan dalam ilmu bidang contohnya adalah perubahan bentuk, perubahan warna, dan lain-lain. Kata berubah pun bisa merupakan pengertian intuitif. Kita tidak perlu mendefinisikan kata mengubah secara etimologis menurut berbagai pakar bahasa saat berhadapan dengan anak kecil, karena mereka sudah mampu memaknai kata berubah secara intuitif.
9.    Pertanyaan:
Jika ada dua orang, tua dan muda, yang tua menjadi dewa bagi yang muda dalam hal pengalaman, namun yang muda juga dapat menjadi dewa bagi yang tua terkait dengan pendidikan. Manakah sebenarnya yang menempati posisi dewa? Adakah syarat agar sesuatu dapat disebut sebagai dewa?
Jawaban:
Kata dewa juga terikat oleh ruang dan waktu. Setiap hal yang ada da yang mungkin ada dapat menempati posisi dewa, sesuai dengan konteks ruag dan waktunya. Yang tua dapat menjadi dewa bagi yang muda, begitu juga sebaliknya. Semua tergantung dari sudut pandang kita, dari konteks apa kita memandang. Yang muda dapat menjadi dewa bagi yang tua dalam banyak hal, namun ada satu hal yang tidak dapat diungguli oleh yang muda, yaitu usia. Usia adalah hal yang tidak mungkin kita kejar. Jadi, dalam hal usia, yang tualah yang selalu menjadi dewa.
10.    Pertanyaan:
Mengapa banyak gejala alam di muka bumi yang semakin kompleks?
Jawaban:
Kompleksitas gejala alam dapat dilihat oleh orang yang memahaminya. Jadi, bagi orang yang tidak memahami, kompleksitas ini bukanlah kompleksitas. Bagi orang tua yang sudah pikun, gejala alam adalah hal yang sederhana, karena banyaknya memori yang telah mereka lupakan. Kompleksitas gejala alam bergantung pada subyek yang melihatnya.
11.    Pertanyaan:
Apakah segala yang ada yang yang mungkin ada di dunia ini dapat didefinisikan sebagai ciptaan Tuhan?
Jawaban:
Segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada hanyalah sebagian kecil dari ciptaan Tuhan. Sedangkan Tuhan sendiri adalah ada. Segala sesuatu yang mungkin ada, di dalam persepsi manusia , tidak ada apa-apanya di hadapan Tuhan. Jadi, apa yang ada dan yang mungkin ada bagi kita, sesungguhnya hanya setitik saja dari seluruh ciptaan Tuhan yang tak terhitung banyaknya.

No comments:

Post a Comment