Sunday, January 6, 2013

Hermeneutika Hidup dan Hermeneutika Pembelajaran Matematika (Refleksi Kuliah Filsafat Pendidikan Matematika, 21 Desember 2012)



By Anniltal Manzilah

Pada dasarnya, hermeneutika berusaha memahami apa yang dikatakan dengan kembali pada motivasinya atau kepada konteksnya, diperlukan konsep kuno yang bernama “kata batin” – inner word. Hermenetika, yang dalam bahasa Inggrisnya adalah hermeneutics, berasal dari kata Yunani hermeneutine dan  hermeneia yang masing – masing berarti “menafsirkan dan “ penafsiran”.  Istilah  did dapat dari sebuah risalah yang berjudul Peri Hermeneias (Tentang Penafsiran). Hermeneutica juga bermuatan pandangan hidup dari penggagasnya.
Dalam tradisi Yunani, istilah hermeneutika diasosiasikan dengan Hermes (Hermeios), seorang utusan dewa dalam mitologi Yunani kuno yang bertugas menyampaikan dan menerjemahkan pesan dewa ke dalam bahasa manusia. Menurut mitos itu, Hermes bertugas menafsirkan kehendak dewata (Orakel) dengan bantuan kata-kata manusia.
Tiga makna hermeneutis yang mendasar yaitu :
a.    Mengungkapkan sesuatu yang tadinya masih dalam pikiran melalui kata-kata sebagai medium penyampaian.
b.    Menjelaskan secara rasional sesuatu sebelum masih samar- samar sehingga maknanya dapat dimengerti
c.    Menerjemahkan suatu bahasa yang asing ke dalam bahasa lain.

Tiga  pengertian tersebut terangkum dalam pengertian ”menafsirkan” – interpreting, understanding. Menurut Carl Braathen hermeneutika adalah ilmu yang merefleksikan bagaimana satu kata atau satu peristiwa di masa dan kondisi yang lalu bisa dipahami dan menjadi bermakna di masa sekarang sekaligus mengandung aturan – aturan metodologis untuk diaplikasikan dalam penafsiran dan asumsi-asumsi metodologis dari aktivitas pemahaman.
Di samping ini adalah gambar tentang hermeneutika hidup karya Prof. Dr. Marsigit, M. A. Hermeneutika hidup yang digambarkan dalam gambar di samping ini terdiri dari dua aspek, yaitu teori dan praktik. Digambarkan bahwa praktik terletak di bawah dan yang terletak di atas adalah teori. Maksudnya adalah bahwa manusia hidup tidak langsung mengenal teori, namun memulainya dari praktik. Anak umur 1 tahun tidak mungkin diajarkan berjalan dengan menjelaskan tentang teori berjalan. Mereka belajar praktik, dengan bantuan intuisi, bukan teori. Secara bertahap, sesuai dengan perkembangan usia dan cara berpikir manusia, mereka akan mulai menyentuh ranah teori. Semua itu berputar membentuk spiral yang tak pernah putus. Maksudnya, kita memulai belajar dengan praktik dan intuisi, lalu saat mencapai puncak pemahaman, kita menyentuh ranah teori. Namun saat bertemu dengan hal baru, maka kita memulainya kembali dari ranah praktek dan intuisi. Begitu seterusnya hingga akhir hidup manusia.

Begitu pula halnya dengan pembelajaran matematika. Hermeneutika pembelajaran matematika digambarkan oleh Prof. Dr. Marsigit, M. A dalam gambar berikut.
Hampir sama halnya hermeneutika hidup, dalam pembelajaran matematika, guru tidak mungkin memberikan pure mathematics pada siswa. Guru harus mengubah pure mathematics ke dalam bentuk school mathematics terlebih dahulu sebelum mengenalkannya pada siswa. School Mathematics itulah yang digambarkan sebagai matematika horisontal, sedangkan pure mathematics itulah matematika vertikal.

No comments:

Post a Comment