Sunday, January 6, 2013

Refleksi Kuliah Filsafat 12 November 2012



By Anniltal Manzilah
Berfilsafat itu adalah olah pikir. Olah pikir pikiran bangsa Indonesia, olah pikir pikiran bangsa-bangsa di dunia, dan lain-lain. Karena berfilsafat adalah olah pikir, maka dalam berfilsafat kita membutuhkan referensi. Referensi dalam berfilsafat adalah pikiran para filsuf. Jadi, dalam berfilsafat kita harus membaca hasil pemikiran para filsuf. Bahkan untuk hal-hal di masa yang akan datang pun, sudah ada beberapa filsuf yang memikirkannya.
Ada bermacam-macam prinsip filsafat. Macam-macam prinsip filsafat tersebut didasarkan pada obyek filsafatnya. Pada zaman dahulu, orang Yunani memikirkan tentang asal mula segala sesuatu, bumi terbuat dari apa, bulan terbuat dari apa, sehingga filsafatnya disebut filsafat alam. Jika obyek filsafatnya tentang manusia, maka filsafatnya dinamakan filsafat manusia. Filsafat manusia masih dibagi lagi berdasarkan lokasi manusianya. Filsafat yang memperlajari manusia jawa, maka disebut filsafat manusia jawa. Untuk yang obyeknya berupa hal-hal spiritual, maka filsafatnya disebut filsafat spiritual, atau teologi, atau filsafat ketuhanan.
Dalam mempelajari filsafat, kita juga harus professional, artinya kita mempelajari lebih rinci mengenai lokasi obyek. Ada dua kemungkinan lokasi obyek filsafat kita, yaitu obyek di dalam pikiran dan obyek di luar pikiran. Apa yang kita lihat, kita dengar dan kita raba, semua adalah obyek di luar pikiran. Namun, semua itu dapat menjadi obyek di dalam pikiran, jika kita memejamkan mata dan memikirkan benda-benda yang ada di luar pikiran tadi. Filsafat yang mempelajari benda-benda di dalam pikiran, tokohnya adalah Plato, sedangkan yang di luar pikiran tokohnya adalah Aristoteles. Jika obyeknya berada di dalam pikiran, maka filsafatnya adalah idealism, sedangkan jika obyeknya di luar pikiran, maka filsafatnya disebut realism.
Selain itu, macam-macam flsafat juga dapat dilihat dari banyaknya obyek. Jika obyeknya satu, maka filsafatnya disebut monoisme. Jika obyeknya dua, maka filsafatnya disebut dualism. Jika obyeknya banyak, maka filsafatnya disebut pluralism. Jadi, munculnya aliran-aliran filsafat didasarkan pada obyek yang dipelajari, yaitu lokasi obyeknya, banyaknya obyek, karakteristik obyek, macam-macam obyek, dan lain sebagainya.
Filsafat adalah olah pikir. Oleh karena itu, filsafat menembus ruang waktu. Maksudnya adalah mengalami perubahan. Dan berfilsafat itu adalah belajar professional, yaitu belajar intensif dan ekstensif. Intensif artinya mempelajari secara mendalam sedalam-dalamnya, sedangkan ekstensif adalah luas seluas-luasnya. Professional dalam mempelajari filsafat artinya juga kita harus me-reference pada pikiran-pikiran para filsuf, menghubungkan pendapat mereka terkait apa yang kita pikirkan, kemudian dikorespondensikan dengan pengalaman kita.
Dalam berfilsafat, yang menembus ruang dan waktu adalah subyek yang berfilsafat. Ruang dan waktu yang dimaksud memiliki tingkatan dimensi. Menurut Immanuel Kant, waktu itu terbagi menjadi waktu yang berurutan, waktu yang berkelanjutan dan waktu yang berkesatuan. Sedangkan dimensi ruang dimulai dari dimensi nol, dimensi satu, dimensi dua, dimensi tiga, dan seterusnya. Namun, semua itu berlaku dalam teori. Kenyatannya, apa yang kita tempati juga disebut ruang. Ada pula ruang tertutup, ruang terbuka, ruang kecil, ruang sempit, dan seterusnya. Jika kita masukkan dalam bahasa analog, maka ruang dan waktu itu adanya di dalam pikiran kita. Ruang terdiri dari wadah dan isi. Tanpa wadah, kita tidak akan menemukan isi, dan tanpa isi maka kita juga tidak akan menemukan wadah. Untuk memahami ruang, kita harus mengetahui waktu, begitu juga sebaliknya. Untuk memahami ruang dan waktu, kita tidak bisa menggunakan definisi, namun harus menggunakan intuisi.
Menurut para pemikir terdahulu, ruang dimensi tiga adalah ruang yang memiliki tiga sumbu, yaitu panjang, lebar, dan tinggi. Ruang dimensi dua hanya memiliki dua sumbu, yaitu panjang dan lebar. Dari hasil pemikiran tersebut, kita dapat membayangkan ruang dimensi satu, ruang dimensi nol, ruang dimensi lima, dan seterusnya.
Dalam berfilsafat, kita harus berpegang teguh pada spiritual. Namun, pada saat sekarang ini, orang mulai terpengaruh dengan powernow yang memiliki empat ujung tombak, yaitu capitalism, utilitarian, pragmatism, dan hedonism. Orang mulai mengutamakan keuntungan dan kesenangan. Di dunia barat, orang beragama mulai terpinggirkan. Yang diutamakan adalah powernow tadi. Itulah tantang an yang kita hadapi sekarang. Ini juga disebut sebagai ruang, yaitu ruang capitalism, ruang hedonism, dan lain-lain.
Ruang itu sebenarnya adalah salah satu bentuk dari kategori atau klasifikasi. Jadi, pertanyaan tentang “siapa dirimu?” memiliki banyak jawaban, tergantung ruangnya. Orang yang berilmu adalah orang yang bersopan santun terhadap ruang dan waktu. Setiap ruang, memiliki bentuk material, formal, normal, dan spiritual. Jadi, yang menembus ruang dan waktu dari subyek filsafat itu bisa jadi formalnya, materialnya, normalnya, atau spiritualnya.
Selanjutnya adalah tentang bagaimana metode menembus ruang dan waktu. contohnya adalah batu. Jika batu itu adalah batu permata di cincin seseorang, maka metode batu itu menembus ruang dan waktu adalah dengan menempel di tangan orang. Menembus ruang dan waktu, berkaitan juga dengan fenomenologi, kemudian tentang pemahaman kita tentang fondasionalism, dan pemahaman kita tentang anti-fondasionalism.
Fenomenologi adalah karya cipta seorang filsuf bernama Husserl. Pada dasarnya, fenomenologi paling banyak digunakan oleh orang matematika. Fenomenologi memiliki dua unsure dasar, yaitu abstraksi dan idealisasi. Abstraksi sama dengan reduksi, yaitu memilih, terpilih dan dipilih, yang sudah menjadi kodrat manusia, seperti yang sudah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya. Filsafat dari memilih dan dipilih ini disebut reduksionism. Efek dari reduksi ini adalah rumah epoche. Jadi, hal-hal yang tidak terpilih oleh kita, maka sama saja artinya kita sedang memasukkan mereka ke rumah epoche. Sedangkan idealisasi adalah menganggap sempurna segala sesuatu. Idealisasi hanya berlaku di dalam pikiran manusia.
Selain fenomenologi, hal berikutnya yang perlu dikaji terkait ruang dan waktu adalah fondasionalism. Semua makhluk beragama adalah kaum fondasionalism, karena semua orang beragama menetapkan Tuhan sebagai kausa prima, yaitu sebab dari segala sebab. Artinya tidak ada sebab lain yang mendahului-Nya, dan Dia-lah sebab pertama dan utama. Maka, seluruh matematikawan di perguruan tinggi, semua adalah kaum fondasionalism, karena mereka selalu memulai belajar dengan doa. Begitu juga dengan semua orang yag berkeluarga, karena pernikahan mereka diawali dengan ijab qobul sebagai fondamennya.
Hakekat manusia itu adalah fondasionalism. Namun, itu baru setengahnya, karena semua manusia punya keterbatasan. Dan banyak dari kita yang tidak mampu mengenali suatu permulaan, karena keterbatasan kita tersebut. Kita tidak mampu mendefiniskan permulaan dari pagi. Pagi itu dimulai pada pukul berapa, tak ada yang mampu menjawab. Kita juga tidak mampu menjawab pertanyaan, sejak kapan kita mulai bisa membedakan besar dan kecil. Hal semacam inilah yang disebut dengan filsafat anti-fondasionalism. Dan ini juga yang akhirnya disebut dengan intuisionism atau intuisi. Intuisi digunakan oleh anak-anak untuk belajar, karena mereka belum mampu belajar dengan definisi. Kita tidak bisa memberikan definisi pada mereka, namun kita mampu mengenalkan matematika pada mereka dengan menggunakan intuisi.
Matematika intuisi adalah matematika konkret. Jadi, obyeknya adalah apa yang bisa mereka lihat dan apa yang bisa mereka raba. Matematika menjadi beban bagi siswa karena mereka tidak diajarkan tentang matematika intuisi lebih dulu oleh guru mereka, tapi langsung melangkah ke definisi.
Jadi, dalam upaya menembus ruang dan waktu, kita harus mengetahui tentang fenomenologi, fondasionalism, dan anti-fondasionalism. Seperti dijelaskan sebelumnya, hakekat manusia adalah fondasionalism, namun sebenarnya manusia sekaligus anti-fondasionalism. Inilah yang dinamakan hidup adalah kontradiksi. Bahwa seorang manusia adalah menganut fondasionalism tapi sekaligus anti-fondasionalism.

Hermeneutika Hidup dan Hermeneutika Pembelajaran Matematika (Refleksi Kuliah Filsafat Pendidikan Matematika, 21 Desember 2012)



By Anniltal Manzilah

Pada dasarnya, hermeneutika berusaha memahami apa yang dikatakan dengan kembali pada motivasinya atau kepada konteksnya, diperlukan konsep kuno yang bernama “kata batin” – inner word. Hermenetika, yang dalam bahasa Inggrisnya adalah hermeneutics, berasal dari kata Yunani hermeneutine dan  hermeneia yang masing – masing berarti “menafsirkan dan “ penafsiran”.  Istilah  did dapat dari sebuah risalah yang berjudul Peri Hermeneias (Tentang Penafsiran). Hermeneutica juga bermuatan pandangan hidup dari penggagasnya.
Dalam tradisi Yunani, istilah hermeneutika diasosiasikan dengan Hermes (Hermeios), seorang utusan dewa dalam mitologi Yunani kuno yang bertugas menyampaikan dan menerjemahkan pesan dewa ke dalam bahasa manusia. Menurut mitos itu, Hermes bertugas menafsirkan kehendak dewata (Orakel) dengan bantuan kata-kata manusia.
Tiga makna hermeneutis yang mendasar yaitu :
a.    Mengungkapkan sesuatu yang tadinya masih dalam pikiran melalui kata-kata sebagai medium penyampaian.
b.    Menjelaskan secara rasional sesuatu sebelum masih samar- samar sehingga maknanya dapat dimengerti
c.    Menerjemahkan suatu bahasa yang asing ke dalam bahasa lain.

Tiga  pengertian tersebut terangkum dalam pengertian ”menafsirkan” – interpreting, understanding. Menurut Carl Braathen hermeneutika adalah ilmu yang merefleksikan bagaimana satu kata atau satu peristiwa di masa dan kondisi yang lalu bisa dipahami dan menjadi bermakna di masa sekarang sekaligus mengandung aturan – aturan metodologis untuk diaplikasikan dalam penafsiran dan asumsi-asumsi metodologis dari aktivitas pemahaman.
Di samping ini adalah gambar tentang hermeneutika hidup karya Prof. Dr. Marsigit, M. A. Hermeneutika hidup yang digambarkan dalam gambar di samping ini terdiri dari dua aspek, yaitu teori dan praktik. Digambarkan bahwa praktik terletak di bawah dan yang terletak di atas adalah teori. Maksudnya adalah bahwa manusia hidup tidak langsung mengenal teori, namun memulainya dari praktik. Anak umur 1 tahun tidak mungkin diajarkan berjalan dengan menjelaskan tentang teori berjalan. Mereka belajar praktik, dengan bantuan intuisi, bukan teori. Secara bertahap, sesuai dengan perkembangan usia dan cara berpikir manusia, mereka akan mulai menyentuh ranah teori. Semua itu berputar membentuk spiral yang tak pernah putus. Maksudnya, kita memulai belajar dengan praktik dan intuisi, lalu saat mencapai puncak pemahaman, kita menyentuh ranah teori. Namun saat bertemu dengan hal baru, maka kita memulainya kembali dari ranah praktek dan intuisi. Begitu seterusnya hingga akhir hidup manusia.

Begitu pula halnya dengan pembelajaran matematika. Hermeneutika pembelajaran matematika digambarkan oleh Prof. Dr. Marsigit, M. A dalam gambar berikut.
Hampir sama halnya hermeneutika hidup, dalam pembelajaran matematika, guru tidak mungkin memberikan pure mathematics pada siswa. Guru harus mengubah pure mathematics ke dalam bentuk school mathematics terlebih dahulu sebelum mengenalkannya pada siswa. School Mathematics itulah yang digambarkan sebagai matematika horisontal, sedangkan pure mathematics itulah matematika vertikal.

Refleksi Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Matematika (17 Desember 2012)


By Anniltal Manzilah

1.    Pertanyaan:
Apa hakekat angin?
Jawaban:
Obyek filsafat berdimensi, begitu pula cara mengetahuinya. Dimensi yang paling dasar atau paling primitive adalah intuisi. Sejak kapan kita mulai mengenal angin? Jika kita tidak dapat menjawab pertanyaan ini, artinya kita termasuk kaum intuisionisme dalam hal angin, karena kita mengenal angin dengan intuisi. Hal-hal yang menyangkut kata sifat biasanya juga bersifat intuitif, seperti cantik, enak, banyak, sedikit, dan lain sebagainya. Pergaulan manusia adalah salah satu cara untuk mendapatkan pemahaman intuitif. Immanuel Kant membuat 12 kategori dari pemahaman intuitif ini, seperti kuantitatif, kualitatif, dan seterusnya. Berdimensi secara filsafat artinya memiliki empat bentuk, yaitu formal, normal, material, dan spiritual. Angin memiliki bentuk formal angin rebut, badai, dan sebagainya. Bentuk normatif dari angin ialah definisi angin itu sendiri. Bentuk material dari angin adalah udara yang bergerak. Namun, kita tidak perlu mendefinisikan angin ke dalam empat bentuk dimensi filsafat ini, karena kita dapat mengetahui angin secara intuitif, jadi tidak perlu mencari definisi tentang angin.

2.    Pertanyaan:
Apa hakekat perceraian?
Jawaban:
Perceraian sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Perceraian, berbeda dengan angin, karena perceraian memiliki bentuk formal yang sering kita dengar dalam perkataan sehari-hari. Bentuk spiritual dari perceraian sendiri banyak sekali disebut dalam Al-Qur’an, bahwa perceraian adalah hal yang dibenci oleh Tuhan. Bentuk materialnya adalah perpisahan dua orang yang sudah menikah, dan bentuk normalnya diatur secara resmi dalam Undang-Undang tentang Perkawinan.

3.    Pertanyaan:
Jika seseorang telah menikah, kemudian suami/istri dan orang tua sama-sama membutuhkan bantuan, maka yang mana yang harus kita dahulukan?
Jawaban:
Yang harus didahulukan bukan orang tua atau pasangan kita, namun kita harus mengutamakan komunikasi terlebih dahulu. Jadi, sebelum kita menentukan akan membantu yang mana, sebaiknya kita komunikasikan terlebih dahulu pada kedua belah pihak.
4.    Pertanyaan:
Apakah hakekat kepercayaan dan keyakinan dalam tinjauan masalah agama?
Jawaban:
Dalam pemaknaan kata, ada term yang berkembang sesuai dengan konteks kejadian yang sedang berlaku. Contoh nyatanya adalah pergeseran makna kata, ada yang memburuk, ada yang membaik maknanya. Dulu, kata kepercayaan dan keyakinan memiliki makna masing-masing. Namun seiring waktu, kata kepercayaan mengalami perbaikan makna yang akhirnya hampir setara dengan kata keyakinan. Kata lain yang mengalami pergeseran makna contohnya adalah bekas. Kata bekas mengalami reduksi, atau penyempitan makna. Sebelumnya, tidak ada batasan penggunaan kata bekas, namun sekarang, kata bekas hanya digunakan untuk obyek yang berupa benda mati. Sedangkan untuk manusia, kata bekas digantikan dengan mantan.
5.    Pertanyaan:
Bagaimana menyikapi sebuah kekalahan agar tidak semakin terpuruk?
Jawaban:
Peristiwa penembakan yang terjadi di Connecticut, Amerika Serikat menyebabkan duka bagi keluarga korban. Dalam hal ini, motivasi dari tetangga atau orang-orang yag sederajat, hampir tidak lagi didengarkan, kecuali jika motivasi tersebut dating dari orang yang derajatnya lebih tinggi, seperti presiden atau pejabat negara. Untuk menyikapi kekalahan ini, cara yang dapat kita lakukan adalah berikhtiar dan berdoa.
6.    Pertanyaan:
Bagaimana cara menumbuhkan semangat ketika gagal?
Jawaban:
Setiap hal, baik yang ada maupun yang mungkin ada, dapat kita jadikan sebagai motivasi untuk bangkit dari kegagalan. Contohnya jika kita melihat orang-orang yang memiliki penyakit mematikan, maka kita dapat menjadikannya sebagai motivasi agar kita lebih bersyukur dengan keadaan kita dan apa yang Tuhan berikan pada kita. Selanjutnya yang bisa kita lakukan selain mencari motivasi adalah menentukan tujuan. Saat kita gagal, maka yang harus kita lakukan adalah mencari peluang lain, mencari kesempatan-kesempatan lain yang dapat kita manfaatkan. Langkah selanjutnya untuk menumbuhkan semangat adalah komunikasi. Berkomunikasi dengan orang yang tepat dan dapat dipercaya dapat membantu kita menghadapi kegagalan.
7.    Pertanyaan:
Mengapa selalu ada pro dan kontra?
Jawaban:
Pro dan kontra adalah kodrat. Tuhan menciptakan siang dan malam, langit dan bumi, hidup dan mati, gelap dan terang, laki-laki dan perempuan, semua berpasangan. Pro juga berpasangan dengan kontra. Jadi, adanya pro dan kontra itulah yang disebut dengan hidup. Pro dan kontra yang terjadi di dalam pikiran adalah ilmu, namun jika pro dan kontra terjadi dalam hati, maka itu adalah godaan setan.
8.    Pertanyaan:
Apa hakekat perubahan?
Jawaban:
Perubahan dalam ilmu bidang contohnya adalah perubahan bentuk, perubahan warna, dan lain-lain. Kata berubah pun bisa merupakan pengertian intuitif. Kita tidak perlu mendefinisikan kata mengubah secara etimologis menurut berbagai pakar bahasa saat berhadapan dengan anak kecil, karena mereka sudah mampu memaknai kata berubah secara intuitif.
9.    Pertanyaan:
Jika ada dua orang, tua dan muda, yang tua menjadi dewa bagi yang muda dalam hal pengalaman, namun yang muda juga dapat menjadi dewa bagi yang tua terkait dengan pendidikan. Manakah sebenarnya yang menempati posisi dewa? Adakah syarat agar sesuatu dapat disebut sebagai dewa?
Jawaban:
Kata dewa juga terikat oleh ruang dan waktu. Setiap hal yang ada da yang mungkin ada dapat menempati posisi dewa, sesuai dengan konteks ruag dan waktunya. Yang tua dapat menjadi dewa bagi yang muda, begitu juga sebaliknya. Semua tergantung dari sudut pandang kita, dari konteks apa kita memandang. Yang muda dapat menjadi dewa bagi yang tua dalam banyak hal, namun ada satu hal yang tidak dapat diungguli oleh yang muda, yaitu usia. Usia adalah hal yang tidak mungkin kita kejar. Jadi, dalam hal usia, yang tualah yang selalu menjadi dewa.
10.    Pertanyaan:
Mengapa banyak gejala alam di muka bumi yang semakin kompleks?
Jawaban:
Kompleksitas gejala alam dapat dilihat oleh orang yang memahaminya. Jadi, bagi orang yang tidak memahami, kompleksitas ini bukanlah kompleksitas. Bagi orang tua yang sudah pikun, gejala alam adalah hal yang sederhana, karena banyaknya memori yang telah mereka lupakan. Kompleksitas gejala alam bergantung pada subyek yang melihatnya.
11.    Pertanyaan:
Apakah segala yang ada yang yang mungkin ada di dunia ini dapat didefinisikan sebagai ciptaan Tuhan?
Jawaban:
Segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada hanyalah sebagian kecil dari ciptaan Tuhan. Sedangkan Tuhan sendiri adalah ada. Segala sesuatu yang mungkin ada, di dalam persepsi manusia , tidak ada apa-apanya di hadapan Tuhan. Jadi, apa yang ada dan yang mungkin ada bagi kita, sesungguhnya hanya setitik saja dari seluruh ciptaan Tuhan yang tak terhitung banyaknya.

Refleksi Kuliah Filsafat Pendidikan Matematika 10 Desember 2012 (Tanya-Jawab)


By Anniltal Manzilah

1.    Pertanyaan:
Apakah segala sesuatu di alam semesta ini memiliki pola?
Jawaban:
Sebuah pola itu bukan pola bagi orang yang tidak memahami. Sebuah jalan bukan jalan bagi orang yang tidak memahami. Segala sesuatu itu sudah didesain oleh Tuhan, dan semuanya berpola. Namun, tidak semua pola itu kita sadari atau kita ketahui.
2.    Pertanyaan:
Apakah hakekat perbedaan dalam persatuan?
Jawaban:
Bhinneka tunggal ika. Orang berbeda dalam banyak hal, tapi bisa bersama dalam beberapa hal. Setia orang itu berbeda, namun semua orang itu sama. Sama-sama makhluk Tuhan, sama-sama hidup dan akan mati, namun tidak ada manusia yang benar-benar sama, karena manusia terikat oleh ruang dan waktu.
3.    Pertanyaan:
Kapan sesuatu itu disebut sebagai mimpi?
Jawaban:
Mimpi itu bisa diingat kembali, ada pula yang tidak. Mimpi memiliki tingkatan kualitas, dari rendah sampai tinggi. Mimpi yang dapat diingat meskipun sudah sangat lama, artinya mimpi itu benar-benar bermakna atau disebut mimpi dengan tingkatan kualitas tinggi.
4.    Pertanyaan:
Apakah perbedaan antara cinta dan sayang?
Jawaban:
Perbedaan antara sayang dan cinta tergantung pada bagaimana orang tersebut mendefinisikan cinta dan sayang, karena tidak ada definisi mutlak untuk cinta dan sayang. Jadi, cinta dan sayang hanya dapat didefinisikan berdasarkan intuisi. Oleh karena itu, kita tidak dapat menyebutkan secara pasti perbedaan cinta dan sayang, namun kita dapat melihatnya berdasarkan konteksnya. Jadi, cinta dan sayang itu kontekstual. Kita dapat melihat perbedaan sayang dan cinta berdasarkan konteks, dan menggunakan intuisi.
5.    Pertanyaan:
Obyek filsafat itu terbagi dari benda yang ada dan yang mungkin ada. Mengapa tidak ada penggolongan sendiri untuk benda yang tidak ada?
Jawaban:
Benda yang tidak ada, di masa depan atau di waktu berikutnya dapat menjadi ada, karena kita juga tidak pernah tau apa yang akan terjadi d masa mendatang, sehingga kita menggolongkan benda yang tidak ada ke dalam benda yang mungkin ada. Jika benda yang tidak ada itu kemudian suatu saat berwujud, maka benda yang tidak ada itu akhirnya masuk dalam penggolongan benda yang ada.
6.    Pertanyaan:
Bagaimana ciri guru matematika yang galak?
Jawaban:
Tidak ada hakekat untuk guru yang galak, namun dapat kita lihat ciri-cirinya. Contohnya, guru yang galak biasanya mudah marah, toleransinya kecil, suka memaksakan kehendak, dll.
7.    Pertanyaan:
Bagaimana menghadapi orang yang enggan berbagi ilmu?
Jawaban:
Kita mengajarkan ilmu dengan komunikasi, jadi jika yang mengajarkan ilmunya tidak ikhlas, maka kita hanya dapat mendoakan agar ilmu yang diajarkannya dapat menjadi bermanfaat. Di negara-negara capital, karya-karya guru sudah mulai dijual dan menjadi bisnis. Orang-orang di sana sudah mulai melabeli harga untuk hasil pikir mereka.
8.    Pertanyaan:
Bagaimana cara memberikan pemahaman kepada guru matematika tentang metode dan strategi-strategi pembelajaran modern?
Jawaban:
Kita tidak boleh selalu memandang orang lain sebagai obyek, yang harus selalu diberikan pemahaman, disuapi, dan dikenakan perlakuan-perlakuan sejenis. Kita harus mulai memandang orang lain sebagai subjek dan memberikan mereka kesempatan untuk membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Kita hanya perlu mengatur situasi atau menciptakan kondisi sedemikian rupa agar dari kondisi atau situasi tersebut, orang dapat belajar dan membangun pengetahuannya.
9.    Pertanyaan:
Apa saja yang menjadi penyebab krisis multidimensi?
Jawaban:
Penyebab terjadinya krisis multidimensi salah satunya adalah guru. Guru yang berpikiran bahwa belajar adalah transfer ilmu adalah guru yang selalu menganggap siswanya sebagai tong kosong, sehingga siswa terus diisi dan disuapi. Hal semacam inilah yang menyebabkan siswa kehilangan intuisinya dalam matematika.
10.  Pertanyaan:
Mengapa belajar filsafat itu sulit?
Jawaban:
Berfilsafat memang bukan hal yang mudah, karena dalam mempelajari filsafat prinsip belajarnya adalah ekstensif dan intensif, yaitu luas seluas-luasnya dan dalam sedalam-dalamnya.
11.  Pertanyaan:
Apa yang dimaksud dengan hermeneutika?
Jawaban:
Hermeneutika dalam Islam adalah siaturrahmi. Jadi, dalam belajar, kita harus bersilaturrahmi dengan ilmu pengetahuan tu sendiri.
12.  Pertanyaan:
Apakah ada keterkaitan antara khayalan dan cita-cita?
Jawaban:
Cita-cita adalah khayalan, namun khayalan belum tentu cita-cita. Cita-cita adalah khayalan yang memenuhi syarat-syarat atau cirri tertentu. Cita-cita adalah khayalan yang memiliki latar belakang, jadi cita-cita adalah khayalan yang memiliki hal yang mendasarinya, bukan asal berkhayal. Jadi, cita-cita adalah khayalan yang dapat dipertanggung jawabkan.
13.  Pertanyaan:
Apakah hakekat dari sombong?
Jawaban:
Sombong memiliki tingkatan definisi. Definisi bagi orang awam, definisi sombong menurut ilmu psikologi, dan definisi sombong terkait dengan spiritual. Namun, kita tidak harus mendefinisikan sombong secara formal menurut ilmu tertentu, karena pada dasarnya kita dapat mendefinisikan sombong berdasarkan intuisi. Jadi, kita dapat melihat ke situasi-situasi di mana orang mengatakan orang lain sombong, dan mendefinisikan sombong dengan intuisi.

Refleksi Kuliah Filsafat 26 November 2012


By Anniltal Manzilah

Filsafat adalah suatu bentuk interaksi. Jadi, berfilsafat artinya terjadi interaksi atau transformasi antara yang makro dan yang mikro. Apa yang disebut makro di sini adalah hal secara keseluruhan atau universal, sedangkan mikronya adalah diri kita sendiri.
Dalam filsafat, ada yang disebut dengan mitos. Orang-orang Yunani pada jaman dahulu selalu berusaha membongkar mitos, seperti yang dilakukan oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. Lalu, apakah sebenarnya mitos itu?
Mitos adalah apa yang kita lakukan , namun kita tidak mengetahui maknanya. Artinya, kita melakukan suatu hal, namun tidak mengetahui makna dari yang kita lakukan. Kita hanya mengikuti dan meniru tanpa mengetahui maknanya. Ibadah pun, dapat menjadi sebuah mits, manakala kita beribadah namun tidak mengetahui makna dari ibadah yang kita lakukan.
Kadangkala, mitos berkembang cepat dan menjadi sangat kuat di masyarakat. Seperti keberadaan ratu pantai selatan contohnya. Sampai saat ini masih belum jelas apakah keberadaan ratu pantai selatan itu benar ada ataukah hanya sebuah mitos. Orang percaya bahwa saat kita pergi ke pantai selatan, kita tidak boleh memakai baju dengan warna hijau, karena itu adalah warna yang disukai sang ratu pantai selatan. Andaikata itu adalah sebuah mitos, maka jelaslah bahwa itu adalah mitos yang sudah sangat kuat, karena masyarakat sampai terpengaruh dan menjalankan aturan tidak boleh memakai baju hijau.
Ada pula yang menganggap bahwa hantu juga merupakan sebuah mitos yang dimunculkan agar anak-anak tidak berkeliaran pada malam hari dan untuk mengajarkan sikap sopan santun pada anak ketika berada di makam. Namun, berdasarkan pengalaman magis Prof. Dr. Marsigit, M.A, beliau telah bertemu dengan makhluk gaib dan membuktikan bahwa mereka benar-benar ada, bukan hanya sebuah mitos.
Berdasarkan pengalaman Prof. Dr. Marsigit tentang pertemuannya dengan makhluk-makhluk gaib, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan makhluk gaib itu benar adanya, bukan hanya sebuah mitos.
Mitos juga merupakan sebuah metode yang digunakan untuk membelajarkan anak-anak. Anak usia dini, bahkan sampai remaja, masih belajar menggunakan mitos. untuk aak usia dini, metode mitos digunakan karena memang pikiran mereka belum sampai pada tahap memahami definisi, sehingga mereka hanya belajar dengan meniru dan menjalankan perintah, tanpa tahu maknanya. Sedangkan pada remaja, metode mitos bisa jadi digunakan karena guru yang mengajar tidak menguasai materi dan konsep yang diajarkan, sehingga siswa hanya diminta untuk mendengarkan apa yang diucapkan dan menyalin apa yang dituliskan guru di papan tulis, tanpa banyak bertanya. Hal ini sebenarnya menyalahi aturan, karena cara ini dapat mematikan kreativitas dan kemampuan berpikir siswa.
Mitos sangat erat kaitannya dengan intuisi. Bukan hanya mitos, namun logos pun berkaitan juga dengan intuisi. Hampir 90% hidup kita, kita melakukannya dengan intuisi, dan hanya sekitar 10% yang benar-benar kita lakukan dengan berpikir. Kita tidak pernah tau ukuran atau standar internasional untuk sifat besar dan kecil. Kapan kita mengatakan suatu benda itu besar atau kecil, semua adalah dari intuisi, tidak berdasarkan definisi karena tidak ada standar baku untuk suatu benda agar dapat dikategorikan besar.
Intuisi juga digunakan anak untuk belajar matematika. Intuisi adalah interaksi. Manusia yang mengisolasi dirinya dari pergaulan adalah manusia yang tidak punya intuisi. Jadi, intuiai adalah hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh setiap manusia, untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya. Intuisi dapat dipertajam dengan pembiasaan diri berinteraksi dengan lingkungan dan bersikap sopan santun terhadap ruang dan waktu.