By: Dr. Marsigit, M. A
Reviewed by Anniltal Manzilah (http://akkudifferent.blogspot.com)
Gambaran pendidikan di Indonesia saat ini adalah berkembangnya pandangan yang melihat atau menilai prestasi dan keberhasilan siswa dalam belajar berdasarkan nilai yang diperolehnya dalam Ujian Nasional. Hal tersebut menyebabkan siswa hanya fokus untuk memperoleh nilai tinggi dalam ujian akhir yang ironisnya kadang justru mengakibatkan penurunan nilai moral karena menyontek, dan lain-lain. Terpusatnya perhatian siswa terhadap nilai menyebabkan rendahnya pemahaman mereka terhadap konsep matematika dan ilmu alam yang mereka pelajari serta keterampilan dalam mengaplikasikannya. Hal ini juga dikarenakan: (a) waktu untuk kegiatan laboratorium sangat singkat, (b) kurangnya guru yang memiliki penguasaan tentang keterampilan ilmu alam melalui pendekatan praktikum, (c) isi kurikulum matematika dan ilmu pengetahuan alam terlalu banyak, (d) syarat administrasi guru terlalu banyak menghabiskan waktu, dan (e) kurangnya peralatan dan tenaga laboratorium.
Berbeda dengan cara pandang bangsa kita yang condong pada nilai, Jepang justru mengajarkan matematika dengan tujuan siswa mengetahui bagaimana berpikir matematis dan cara pendang terhadap segala sesuatu. Karakteristik pendidikan matematika di Jepang terdiri dari: 1) pengurangan materi pembelajaran, 2) pengurangan banyaknya siswa dalam satu kelas, 3) penggunaan lima hari sekolah, 4) memperbanyak belajar kegiatan matematis, 5) kegiatan praktis dan operasional , kegiatan pemecahan masalah, dan lain-lain, 6) poin dasar tentang pembelajaran aktif, 7) memiliki tujuan pembelajaran yang jelas, 8) memiliki ketertarikan pada subjek yang dipelajari, 9)memiliki perspektif yang jelas dalam memecahkan masalah, 10) memiliki rasa kepuasan dan menikmati setiap kegiatan pembelajaran, dan 11) mendapatkan jalan pembelajaran.
Sistem yang sudah diterapkan di Jepang bisa menjadi contoh yang baik untuk perbaikan sistem pendidikan di Indonesia sekaligus menjadi jalan kerjasama Jepang-Indonesia di bidang pendidikan. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di Jepang cenderung mengarah dan mengacu pada pembeljaran berbasis praktis, bukan hanya teori. Dan terbukti, sumber daya manusia Jepang adalah tipe pesaing yang baik. Mereka diajarkan untuk menjadi pembelajar aktif. Hal ini tentu juga kan sangat baik jika diterapkan di Indonesia. Pakar pendidikan Jepang menganjurkan hal-hal berikut: (1) implementasi pengajaran kelas terbuka, (2) memberi harapan kepada guru untuk membuat teks untuk siswa, (3) mengadakan evaluasi proses belajar mengajar oleh siswa, (4) menganalisis kesalahan dan kesulitan yang dialami siswa, (5) memberi harapan kepada guru untuk memiliki semangat dan kemauan untuk mengembangkan kompetensinya, (6) menerapkan keseimbangan yang baik dari cara mengajar yang lama dan yang baru, (7) mempromosikan kerjasama yang baik antara sekolah dan perguruan tinggi, (8) masing-masing guru harus memiliki cara atau metode yang khas dalam mengajar, (9) guru harus terus mengembangkan kemampuan mengajar mereka, (10) guru harus selalu memikirkan bagaimana membuat kelas yang diajarnya menjadi lebih baik, dan (11) peran guru hampir sama dengan dokter, yaitu menolong anak didiknya.
No comments:
Post a Comment